ANALISA SEJARAH
KEKAISARAN MONGOL
JENGHIS KHAN,
SANG PENAKLUK
created
: Ejang Hadian Ridwan
Latar
Belakang
Alkisah di daratan Asia bagian tengah, tepatnya
di negeri Mongol, terbentuklah suatu pusaran badai, semakin lama semakin besar,
badai besar itu mulai bergerak disekitarnya daratan itu, lalu secara serentak
bergerak menuju arah timur ke negeri daratan Cina, setelah itu berubah arak dan
mulai bergerak lagi menuju arah selatan daratan mongol, tidak berhenti disitu
pusaran badai dengan cepat menuju arah barat, menyapu negeri-negeri
kawasaan Asia bagian timur-tengah dan sebagian tanah-tanah Eropa, lalu kembali lagi
ke tempat asal mulanya, tapi badai besar itu tidak hilang tetap berputar, suatu
saat secara liar badai itu akan bergerak kemana pun arah angin berhembus, bisa
jadi melanda seluruh negeri-negeri ke seantero jagat ini.
Sungguh teramat dasyat badai besar itu, bagaikan
kiriman malaikat maut, sungguh luar biasa kejam, mengerikan dan tiada ampun,
menghepas segala apa yang terlewatinya, lebih dasyat dari tumpahan air bah,
karena badai ini belum mau pergi kalau yang dilewatinya belum benar-benar
musnah dan binasa.
Akibat yang ditimbulkan badai itu teramatlah
mengerikan, nyawa manusia sudah tidak ada harganya sama sekali, jerit tangis
anak manusia tidaklah dihiraukan, banjir darah dimana-mana, organ tubuh manusia
berhamburan, kadang berupa potongan, terkoyak, atau terpisah, kepala manusaia
jarang yang bisa bersatu dengan badan.
Kehancuran merata disemua negeri, tidak peduli
jerih payah puluhan tahun bahkan berabad-abad lamanya dihempasakan tak berdaya,
kobaran api menjalar dan membumbung tinggi dimana-mana, merobohkan dan
menghancurkan sekokoh apapun bangunan dibuat, menimbulkan warna merah jingga
menyala, berseling warna abu-abu putih diangkasa, tanda keputusasaan dan duka
nestapa teramat dalam bagi siapa yang mengalami, melihat, dan merasakan.
Burung-burung bangkai berterbangan penuh suka
cita. Mereka mencari, mengintai, meliuk dan tinggal landas di arena kematian
sederet dan setumpuk jasad manusia, burung-burung inilah yang mengambil
keuntungan dari peristiwa dan kejadian itu. Tidak susah-susah lagi melakukan
pemburuan dramatis mangsa-mangsanya seperti biasa.
Mereka berpesta pora,
menari-nari, mencabik-cabik dan melahap sisa-sisa jasad setiap manusia yang
masih tersisa dan tercecer, sungguh kejadian dan peristiwa yang membuat bulu
kuduk berdiri, memilukan, dan menyayat hati, tidak akan penah terlupakan sampai
kapan pun bahkan sampai akhir dari dunia ini, akan tercatat dan tertulis dalam
perjalanan kehidupan manusia selanjutnya sebagai tragedi kemanusiaan terbesar
sepanjang sejarah manusia dimuka bumi ini. Satu generasi peradaban manusia
hilang dihempas badai yang teramat kejam ini, susah dan perlu waktu lama lagi
untuk memulihkannya.
Badai besar dari darataan Mongol ini tiada lain
adalah pasukan besar tentara kekaisaran Mongol yang dipimpin oleh seorang
panglima besar sekaligus kaisar didaratan luas itu. Pasukan besar ini sudah
terlatih dengan sempurna, terpola dan tersetruktur dengan sangat rapi, teruji
dilingkungan kaum atau bangsanya sendiri dan terbentuk kokoh serta tangguh karena
tuntutan keadaan alam serta budaya yang ganas pada masa itu, naluri perang dan
membunuh sudah mendarah daging, tersatukan dan terpadukan oleh suatu visi dan
misi besar dari seorang anak manusia yang dalam tataran biasa termasuk kedalam
golongan orang-orang genius, seiring perjalanan dan pengalaman hidup pribadinya
yang sudah tertempa sempurna oleh ganasnya alam, tradisi atau kebisaan turun
menurun hubungan atar manusia, kelompok kesukuan dan sosial budaya didaratan
teramat ganas, itulah yang pula yang membentuk karakter pribadi yang kuat dan
tangguh.
Tentang Jenghis Khan
Nama gelaran panglima besar
atau kaisar dari pasukan tentara mongol itu tiada lain yaitu Jenghis Khan (raja
diraja) atau Sang Penakluk, yang terlahir dengan nama Temüjin, anak sulung
Yesügei, pemimpin suku (klan) atau ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama
keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti
nama pemimpin suku musuh yang ditewaskan ayahnya.
Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис
Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan,
Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, atau sesuai pelafalan dari bangsa-bangsa
lain untuk sebutan namanya, nama asalnya, Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen,
(lahir sekitar 1162 masehi sampai kematianya tanggal 18 Agustus 1227 masehi)
adalah khan (kaisar atau raja) Mongol sekaligus Panglima besar pasukan tentara
perang yang menyatukan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa didaratan Mongolia
yang kemudian mendirikan Imparium kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan
sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia
Barat, Asia Tengah, Persia (kesultanan Kwarizmi), sebagian Eropa dan diawali
dengan penaklukan suku-suku bangsa Mongolia itu sendiri.
Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan
Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari
suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk
Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari
sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat. Ayah
Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar ditengah perjalanan
tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat.
Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui
ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan
menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah
setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain
dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda, tapi alasan sebenarnya
adalah dendam dimasa lalu.
Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya
karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin.
Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang
sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia
menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh
Temujin.
Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh
musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari
orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa,
Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan
saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh
Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan
saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas
sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu
demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara
menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan
Mongolia.
Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata
adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin
dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama
Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan
perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan
kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian
diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan
dari Segala-galanya" (raja diraja).
Jamukha sendiri tertangkap oleh pasukan Tumujin,
tetapi tradisi dan janji persaudaraan yang telah Temujin dan Jamukha buat
semasa remaja yaitu Tumujin mengangkat Jamuka sebagai “anda”(melebihi ikatan
saudara sendiri) yang membuat Tumujin tidak bisa mengambil hukuman mati untuk
Jamukha.
Tapi Jamukha seorang kesatria tentara Mongol
yang pemberani, dia meminta kepada Tumujin untuk menghukum mati dirinya dengan
syarat tidak setetes darah pun mengalir, karena keyakinan pada saat itu jika
jasad tidak mengalirkan darah maka sejatinya manusia itu spiritnya masih hidup,
pada dasarnya Jamukha memang mempunyai cita-cita dan ambisi yang serupa dengan
Tumujin tapi dengan prinsip dan cara yang berbeda, Temujin sangat paham akan
hal itu, dan karena peran andil dari Jamukha sehingga terbentuklah Temujin yang
seperti saat itu. Jamukha dihukum mati dengan cara dicekik dan jasad Jamukha
dimakamkan dengan upacara militer sesuai tradisi militer tentara Mongol pada
saat itu.
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku
Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara Cina selama lebih dari
100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam
menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati
jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu
itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk
diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan
kerajaan Jin dalam berbagai peperangan.
Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala
Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000
tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa.
Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota
kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para ilmuwan, seniman,
ahli sastra, ahli senjata (terutama ahli senjata berat/siege weapon),
selain yang utama yaitu barang berharga, semuanya dibawa ke Mongol sebagai pekerja
pembantu dengan alih-alih sebagai hasil dari rampasan perang bagi sang
pemenang.
Invasi Kekaisaran Mongol
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh
Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke Kerajaan
Khawarezmia yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali
dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima
Khawarizmi yang serakah. Jenghis Khan mengirim utusan ke Kesultanan Khwarizmi
untuk meminta pertanggung jawaban atas perbuatan panglimanya itu, tetapi yang
didapat adalah cemoohan dan hinaan dari kesombongan
Sang Sultan karena merasa bahwa kesultanan
Khawarizmi adalah kesultanan yang mempunyai wilayah paling luas dan pasukan
militer yang tidak terkalahkan saat itu. Jenghis Khan sekali lagi mengirim
utusan yang misinya adalah berbeda dengan utusan yang pertama yaitu permintaan
mengakui kekaisaran Mongol, sekaligus harus tunduk.
Jawabanya sudah pasti dapat diperkirakan yaitu
penolakan dengan tegas dan angkuh serta dengan di iringi penghinaan luar bisa
utusan Jenghis Khan yaitu dari ketiga orang utusan 2 diantaranya dicor atau
dimasukan ke dalam mata dan mulutnya yaitu cairan logam panas, lalu kedua
orang itu diseret dengan kuda dan digantung, sedangkan yang satu orang lagi
dibiarkan hidup dan dipotong telinganya sebagai pesan bagi Jenghis khan.
Kesombongan dan keangkuhan tanpa perhitungan
Sang Sultan Khawarizmi serta keserakahan panglimanya itulah yang membawa
bencana bagi bangsanya sendiri. Pasukan gabungan Jenghis Khan melakukan long
march dan menyerbu ke kesultanan Khawizmi dan berhasil menawan dan
menghukum mati panglima tersebut dengan cara yang sama menuangkan logam panas
ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah
Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh.
Populasi rakyat timur tengah berkurang hingga
10%, jutaan jiwa melayang, perang ini lebih kearah pembantaian umat manusia,
kota-kota dihancurkan atau dibumi hanguskan, karena dibakar termasuk didalamnya
bangunan-bangunan bersejarah dan perpustakan besar sejarah dan keilmuan.
Benteng-benteng pertahanan dirobohkan dan
wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia. Sebelumnya
Jenghis Khan pernah menyatakan bahwa bukan dia yang menyebabkan perang, tetapi
Kesultanan Khawarizmi-lah yang memicu perang itu terjadi sehingga terjadi
pembantaian jutaan jiwa manusia melayang.
Tradisi dan kebijakan Jenghis Khan dalam kondisi
perang adalah perang harus dilakukan sampai paripurna, tuntas. Semua yang
termasuk pimpinan pasukan dan pemimpin tertinggi dari lawan perangnya harus
ditumpas habis, walaupun melarikan diri sampai sejauh mana, kasarannya mau
melarikan diri ke ujung dunia pun pasti dikejar sampai ada bukti si pimpinan
itu tertawan atau mati.
Itu juga yang terjadi kepada Sultan Khawarizmi,
dia melarikan diri tetapi tetap dikejar oleh pasukan Mongol sampai akhir
hayatnya meninggal karena penyakit tetapi pasukan Mongol tetap mencari dan
mengambil bukti dari jasadnya, kemudian diberikan ke kaisar.
Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis
Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral
terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk
menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Rusia. Jebe dan
Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan
menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab.
Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa
mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan
dikuasai oleh putra-putra dan orang-orang kepercayaan Jenghis Khan. Sebagian
diantaranya dijadikan pemimpin bentukan dari wilayah-wilayah negeri-negeri
bawahan akibat dikalahkan perang, sehingga bagai mana pun luas dan banyaknya
daerah bawahan, tetap bisa terkontrol oleh ke kaisaran Mongol, itulah strategi
Jenghis Khan dalam membentuk suatu imperium besar.
Jenghis Khan yang sudah lanjut usia tetap
memaksakan diri untuk memimpin pasukan Mongol dalam rangka menghancurkan kekhalifahan
Abbasiyah untuk kesekian kalinya, akhirnya Jenghis Khan meninggal dalam
perjalanan karena terjatuh dari kuda saat melakukan tradisi berburu disela-sela
melakukan peperangan.
Pemakaman dan tempat dimakamkannya dirahasiakan
oleh panglima-panglima setianya, untuk menjaga moral dan keutuhan pasukan
sampai pada saatnya musuh berhasil ditaklukan. Makam Jenghis Khan dirahasiakan,
agar tidak dirusak oleh oleh pihak-pihak yang akan melakukan balas dendam.
Pemerintahan Jenghis Khan
Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra
ketiganya, Ogadai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra
ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang
dimiliki Ogadai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang
tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering berselisih satu sama
lain).
Itulah sisi kepastian hukum dan keadilan yang
dicontohkan Jenghis Khan, semua jabatan baik itu pimpinan pasukan bahkan
jabatan kaisarnya pun didasarkan pada kepantasan dan kelayakan untuk memegang
jabatanya itu, sesuatu yang baru dalam dunia peradaban manusia dan dinasty
kekaisaran atau kerajaan yang tidak seperti lazimnya keadaan yang berlaku
biasanya
Biasanya putera makhota dipilih dari usianya
yang paling tua, tapi tidak untuk Jenghis Khan. Yang memegang Jabatan kaisar
monggol adalah anaknya yang paling pantasa dan layak memegang jabatan itu, ini
artinya pemimpin besar seprti Jenghis Khan sudah memikirkan regenerasi bagi
penerusnya dan itulah memang tanda-tanda dari seorang pemimpin besar,
dicontohkan oleh Jenghis Khan Sang Penakluk.
Dalam sistem kenegaraan, Jenghis Khan
memberlakukan hukum persamaan hak bagi setiap warganya dan adalah perubahan
dasar yang dilakukan Jenghis Khan dari kebisaan kaumnya memperbudak manusia.
Setiap orang dihargai karena peran dan usahanya, makanya banyak pengikut awal
dari pasukan Mongol adalah mereka dari basis masyarakat biasa, dan para budak
yang dirubah setatusnya, walau pada awalnya mendapat tentangan dari kaum
bangsawan Mongol pada saat itu. Tapi Jenghis Khan tetap pada kebenaran
prinsipnya yang dia canangkan, dan para bangsawan pun harus patuh, para
bangsawan pun tidak luput dari hukuman mati seandainya mereka melakukan
kesalahan fatal dan atu terutama penghianatan.
Aturan dan hukum yang dibuat Jenghis Khan itu
dilaksanakan dan dilakukan secara pasti walaupun itu pada saat-saat tertentu
berhadapan dengan kepentingan pribadi atau keluarganya. Aturan atau hukum yang
diberlakukan pada masa-masa ke Kaisaran Mongol sedikit lebih ekstim daripada
yang biasanya, misal jika seseorang melakukan kesaksian yang apabila dibuktikan
bohong hukumannya adalah penggal kepala alias hukuman mati.
Sehingga ada cerita bahwa orang Mongol adalah
orang-orang yang paling tidak bisa untuk berbohong, mungkin karena terbisa
dengan aturan itu pada awal mulanya, banyak lagi aturan-aturan dan
hukuman-hukuman yang berakhir pada kematian untuk pelanggaran-pelanggaran
hukum, ini sesuatu yang tidak biasanya dalam aturan-aturan dan hukum-hukum
dibelahan dunia mana pun dimasa itu.
Salah satu contoh keadilan lainya adalah Jenghis
Khan dalam hal praktek pembagian hasil rampasan perang, Jenghis Khan hanya
mengambil 10 % dari total yang didapat itupun masih sebahagian besar masuk
kedalam pendapatan kas kekaisaran, 90 % dibagikan kepada para pelaku peperangan
itu sesuai dengan jabatan dan peran aktifnya di setiap operasi milter yang
sedang dilangsungkan.
Itulah mengapa Jenghis Khan menjadi seorang
pemimpin besar yang dicintai dan diagung-agungkan bangsanya, bahwa Jenghis Khan
membawa perubahan yang sangat besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran bagi
bangsanya, dan pihak mana pun atau bangsa mana pun merasa aman jika melakukan
kegiatan katif baik itu dalam perdagangan atau investasi karena dijamin
kepastian hukumnya. Para pedagan dijalur sutra pada masa-masa kekaisaran Mongol
tambah ramai dan semakin diminati karena mereka dijamin keamanannya selama
mereka memberikan kontribusi aktif bagi ke kaisaran.
Jenghis Khan berhasil membentuk imparium
kekaisaran Mongol tidaklah terbentuk begitu saja atau karena sudah ada
sebelumnya, ini murni dari nol besar, dan ini adalah hasil usaha yang luar
biasa, penuh dengan kerja keras serta kebulatan tekad didasari oleh visi dan
misi kenegarawanan dan prinsip hidup yang kokoh serta konsisten.
Jenghis Khan berhasil membentuk pasukan besar
yang hampir 100% tidak terkalahkan oleh pasukan bangsa manapun karena
menerapkan tingkat disiplin militer yang tinggi, terlatih dan terdidik
sempurna, organisasi militer yang rapi, terisi dengan semangat juang
berdasarkan ideologi kebangsaan luar biasa, rekrutmen para panglima perang
dibawahnya yang mempunyai kualitas dan loyalitas yang unggul, serta kecerdasan
strategi yang diterapkan berdasarkan kajian ilmu dan pengalaman hidup yang luas
serta tehnologi perlengkapan perang yang terkini dan selalu dievaluasi terus
menerus, diperbaiki secara dinamis yang harus bisa mengatasi berbagai keadaan
dan situasi medan peperangan.
Dalam urusan kenegaraan Jenghis Khan menerapkan
hukum pasti yang tidak pandang bulu, dekat sekaligus dihormati yang menjurus ke
kepatuhan dan kesetiaan total yang menyeluruh dari rakyatnya karena pola hidup
yang sederhana dan keteladan dari semua aturan hukum yang dikeluarkannya.
Pakaian perang Jenghis khan sama atau tidak jauh
beda dengan pakaian umum para prajurit perang dibawahnya, selama hidupnya
selalu tinggal di tenda-tenda (yurt) seperti kebiasaan golongan
bangsanya sendiri, walau pun saat dia sudah diangkat dan menjabat sebagai
kaisar besar pemimpin sebuah imparium terbesar dunia mengalahkan imparium besar
dunia sebelumnya terlihat dari luas wilayah yang berhasil dikuasainya.
Dinasti Penerus Jenghis Khan
Ogodei Khan,
anak ketiga yang menjadi Khan Agung, bukan hanya berhasil dalam mempertahankan
wilayah Mongolia yang telah dibangun oleh ayahnya, namun ia berhasil memperluas
kekuasaannya dengan menghancurkan kerajaan Jin untuk terakhir kalinya, serta
memerintahkan panglimanya untuk memperluas kekuasaan di wilayah Eropa.
Wilayah Russia, Polandia, serta Hungaria
berhasil dikuasai oleh Mongolia. Pasukan gabungan yang dipimpin oleh Henry dari
Silesia tergabung dari pasukan Hungaria, Polandia, dan Jerman (Kekaisaran Suci
Romawi) yang terdiri dari pasukan Teutonik terbantai tak bersisa dalam perang
di Leignitz. Sejarah Eropa mencatat kekejaman dan teror besar yang dilakukan
oleh kerajaan Mongolia atas rakyat Eropa.
Pasukan Mongolia baru menghentikan perluasan
wilayah mereka di Eropa setelah mendengar kematian Ogodei Khan. Negara-negara
Eropa memilih untuk memberikan upeti kepada kerajaan Mongolia daripada mengambil
risiko untuk melawan Mongolia. Eropa bahkan memohon bantuan Mongolia untuk
menghancurkan Arab. Sebagian wilayahnya kemudian akan menjadi Dinasti Yuan di
bawah Kublai Khan, anak Tolui Khan.
Tolui Khan, anak termuda, mewarisi tanah
Mongolia yang relatif kecil. Anaknya, Kublai Khan, akan mendirikan Dinasti Yuan.Chagatai
Khan, anak kedua, diberi Asia Tengah dan Iran utara, mendirikan Kekhanan
Chagatai. Batu Khan adalah anak Jochi Khan, anak tertua Jenghis Khan yang telah
mati sebelum kematian Jenghis Khan. Warisan tanah yang sekiranya diwarisi oleh
Jochi, yakni Rusia, diberikan oleh kedua anaknya, Batu Khan dan Orda Khan, yang
keduanya, beserta 12 saudara mereka lainnya, mendirikan Ulus Jochi (Golden
Horde)
Setelah kematian Ogodei Khan, Mongolia dikuasai
oleh Batu Khan yang memiliki visi lain dalam memperluas kerajaan Mongolia. Ia
mengirimkan pasukan untuk menguasai tanah Arab yang sebelumnya dikuasai oleh
Eropa, seperti Damaskus dan kota-kota lainnya. Pasukan Eropa mengirimkan
bantuan pada saat mereka merebut kota Yerusalem. Pasukan Mongolia tercatat
dalam sejarah memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Mesir. Setelah kematian
Batu Khan, pasukan Mongolia menghentikan agresi militernya ke arah barat.
Mongolia pada saat kekuasaan Kubilai Khan
berhasil memperluas wilayah sampai seluruh Cina, Korea, Burma, Vietnam, dan Kamboja.
Pasukan Mongolia pernah melakukan agresi militer ke Jepang dan Jawa (Kerajaan
Singasari), namun tidak berhasil.
Mongolia berjuang untuk membawa nama baik
bangsanya dengan prinsip yang telah diajarkan oleh pahlawan mereka, yaitu
Jenghis Khan. Sejarah dunia mencatat bahwa Mongolia adalah satu-satunya negara
yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination).
Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma,
Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara.
Ide Pembentukan Nusantara
Kekuasaan Imparium Kekaisaran mongol mulai dari
Jenghis Khan sampai kaisar terakhir itu berlangung selama 150 tahunan, dimulai
abad ke-12 sampai awal abad ke-14.
Kekebatan dan keperkasaan pasukan besar tentara
Mongol laksana badai besar yang bisa menyapu segalanya, inilah yang menyebabkan
rasa was-was, miris, dan menjadi momok ketakutan luar biasa bagi bangsa-bangsa
lain yang belum disentuh diseantero jagat ini, dan berita tentang pergerakan
pasukan Mongol sangat cepat menjalar menembus segala lapisan bangsa, didaratan
yang sama maupun seberang lautan.
Banyak bangsa-bangsa yang sudah pasrah tetapi
tidak sedikit pula diantara mereka yang mencoba mempersiapkan diri dengan
berbagai cara dan ide yang muncul untuk menghadapi keadaan ini sebagai rekasi
dari keberadaan pasukan Mongol yang suatu saat mereka akan berhadapan langsung
di medan perang.
Maka lahirlah ide-ide dan usaha-usaha besar
untuk mempersatukuan dari bangsa-bangsa yang kecil menjadi sebuah bangsa besar
dan bersiap diri mengantisifasi kondisi yang akan datang. Salah satunya adalah
di Asia bagian tenggara dengan kemunculan “nusantara” yang disatukan oleh
kerjaan besar Majapahit antara abad ke-13 dan ke-14.
Ada 3 kerjaan besar pada waktu itu di
nusantara yaitu kerjaan Melayu (Wangsa Mauli), kerajaan Sunda Galuh dan
kerajaan Kediri, kerajaan Kediri termasuk yang paling lemah karena sering
terjadi perang saudara antara Kediri dengan Jenggala. Sedang Kerajaan Melayu
dalam masa peralaihan dan pemulihan dari Kerajaan Sriwijaya yang melemah akibat
dijajah oleh kerajaan Chola dari India dan Kerajaan Sunda Galuh sudah ratusan
tahun lamanya menjadi negeri yang damai, makmur dan kaya.
Raja-raja kerajaan Majapahit adalah keturunan
wangsa Rajasa yang dimulai oleh raja pertama dengan gelar Sri Rajasa
Amurwabhumi atau dalam kitab pararaton dikasih nama figuran untuk nama aslinya
yaitu Ken Arok, yang marak diingatan masyarakat tapi nama itu sama sekali tidak
bisa dikuatkan dengan bukti-bukti sejarah lainya, sama halnya dengan yang lain
seperti nama untuk Ken Dedes, Tunggul Ametung, Mpu Gandring dan lain-lain yang
tidak ada padanan nama pada bukti-bukti sejarah yang pernah diketemukan.
Munculah Wangsa Rajasa ditanah Jawa bagian
timur, dinasti kekuasan baru, selain dinasti-dinasti kekuasan terdahulu,
dimulai dari Sri Rajasa Sang Amurwabhumi (Ken Arok-versi kitab Pararaton)
sampai anak keturunannya Sri Rajasanegara (Hayam Wuruk - versi kitab Pararaton)
yang didampingi Mahapatih Gajah Mada adalah sebagai reaksi dan duplikatisasi
dari keberhasilan imperium Mongol, tentunya memakai cara-cara seperti yang
Jenghis Khan lakukan, sebagai sebuah model yang bisa dipertanggungjawabkan
nyata untuk keberhasilnya.
Bukti-bukti sejarah memberikan fakta, bahwa pada
tahun yang sama 1227 M saat meninggalnya Sri Rajasa Sang Amurwabhumi itu, sama
dengan tahun kematian dari Jenghis Khan, artinya bahwa masa muncul dan
berkembangnya imperium Mongol sama dengan muncul dan berkuasanya dinasti
raja-raja Wangsa Rajasa sebagai cikal bakal lahirnya kerajaan besar Majapahit.
Sri Rajasa Sang Amurwabhumi merebut kekuasaan Kediri yaitu tahun 1222 M, ini
tentunya juga terinspirasi oleh keberhasilan Jenghis Khan, terlebih ada celah
ketidakpuasan masyarakat pada kondisi itu terhadap kekuasaan resmi Kediri,
sehingga proses peralihan itu mendapat dukungan menyeluruh dari masyarakat.
Keganasan invasi tentara Mongol menjadi issu
yang paling hangat dan paling heboh serta menakutkan pada masa itu, issu
seperti ini wajar dan pasti menjadi berita yang paling sangat cepat menyebar
sehingga sampai ke negeri-negeri Asia bagian tenggara (kerajaan-kerajaan di
nusantara). Keberadaan pasukan tentara Mongol merupakan teror menakutkan bagi
bangsa-bangsa lain.
PETA WILAYAH KEKUASAAN TUMAPEL |
Kegiatan perdagangan manca negara sudah
berlangsung jauh pada permulaan abad sebelumnya, artinya segala informasi dunia
luar sudah masuk ke tataran tanah Jawa. Keberadaan kerajaan Tumapel sudah
menjadi catatan bagi para pelancong atau saudagar dari Cina masa dinasti Yuan
dengan catatan mereka menebutan nama Tu-ma-pen untuk kerajaan Tumapel.
Melihat kondisi ini dan issu yang menyebar,
pengetahuan tentang seluk beluk bahkan kehidupan pribadinya, metoda dan cara
seperti apa Genghis Khan mempersatukan daratan Mongol, maka munculah Sri Rajasa
sebagai pelopor pemersatu Kediri dan Jenggala, dengan cara melakukan kudeta
yang berhasil dan nama kerajaan diubah menjadi Singhasari pada masa keturunan
selanjutnya yaitu masa pemerintahan Sri Kertanegara yang ditandai dengan
kepindahan ibukota ke kota praja yang bernama Singhosari (nama resmi dalam
kitab kertagama tetap kerajaan Tumapel).
Dalam prakteknya dari perintisan karir, Sri
Rajasa menerapkan sistem dan pola yang dipakai Genghis khan, karena pola ketatanegaraan
dan militer yang sudah teruji berhasil, ide kedepanya sama untuk mempersatukan
nusantara, tapi dalam perjalannya Sri Rajasa berumur pendek (1227 M,
meninggal), dengan kematian yang belum ada penjelasan sejarahnya semenjak
peralihan dari Kediri tahun 1222 M, yang bisa dipertanggungjawabkan kebenaran
sejarahnya, ketiga anaknya pun berumur pendek termasuk 1 cucunya. Asumsinya
adalah mungkin selepas pengambilalihan kekuasaan terhadap Kediri, masih terjadi
pergolakan politik panjang dan merekalah bagian dari sekian korbannya, diakhiri
pada jaman keemasan raja Kertanegara dengan lama kekuasaan sekitar 50 tahun,
dengan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
PETA WILAYAH KEKUASAAN SINGHASARI |
Sri Kertanegara, raja Singhasari selanjutnya
mencoba meneruskan cita-cita kakek buyutnya Sri Rajasa Sang Amurwabhumi dan
berhasil meluaskan wilayah kekuasanya. Sri Kertanegara dalam penghujung
kekuasanya dihianati oleh salah seorang keluarganya, menantunya dan
berlanjutlah masa kekuasaan Wangsa Rajasa dengan munculnya komplik intern dalam
negeri.
Pada masa Kertanegara inilah telah terjadi
penolakan dan pengusiran utusan Mongol, yang artinya itu merupakan sikap dan
bersedia untuk menyatakan dan sekaligus menantang perang pasukan tentara
kekasiaran Mongol yang termasyur itu. Masa selanjutnya didasarkan sikap
itu.
Pada masa konflik itu, terjadi kudeta berdarah
yang disebutkan diatas oleh salah seorang menantunya yang bernama Jayakatwang.
Tapi kekuasaanya tidak berlangsung lama setelah mengalami kekalahan akibat
diserbu oleh pasukan kekaisaran Mongol, inilah bukti bahwa kekaisaran Mongol
mempunyai niat menguasai kerajaan-kerajaan yang ada di wilayah Nusantara,
Singosari-lah yang menjadi target pertamanya. Singosari pada masa kekuasaan Sri
Kertanegara merupakan kerajaan terbesar di nusantara pada waktu itu, karena
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dengan melakukan ekspedisi yang
terkenal dengan sebuat "ekspedisi pamalayu".
Pasukan Mongol berhasil diusir kembali, dengan
kemunculan seorang raja pendiri kerajaan Majapahit sekaligus raja pertamanya
(kerajaan Wilwatika - versi kitab Negarakertagama), yang memerintah pada tahun 1293-1309,
bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardana, atau lengkapnya Nararya Sanggramawijaya
Sri Maharaja Kertajasa Jayawardhana alias Raden Wijaya yang berhasil merebut
Singhosari dari pasukan Mongol.
Setelah beberapa generasi semenjak Prabu
Kertarajasa Jayawardana, muncullah masa keemasan kerajaan Majapahit terjadi
ketika Mahapatih Gajah Mada sebagai pendamping kuat Sri Rajasanegara alias
Hayam Wuruk raja muda kerajaan Majapahit (Hayam Wuruk adalah nama yang
diberikan dalam kitab Pararaton untuk tokoh sekaligus raja Majapahit Sri
Rajasanegara).
PETA WILAYAH KEKUASAAN MAJAPAHIT |
Visi kenegaraan yang bercita-cita melanjutkan
persatuan seluruh nusantara dari Sri Rajasa inilah yg mereka teruskan, selain
Sri Kertanegara yang sudah melakukan ekspansi sebelumnya, kerajaan Majapahit
pun sebagai kerajaan terakhir dengan rajanya Sri Rajasanegara (Hayam
Wuruk) yang didampingi tokoh kerajaan yang mumpuni Sang Mahapatih Gajah Mada
dengan melakuan misi yang sama seperti para pendahulunya.
Dengan demikian dinasti Wangsa Rajasa mencapai
kesuksesan gemilang, tercatat dalam sejarah bahwa nusantara bisa dipersatukan
seutuhnya pada masa kerajaan Majapahit yang diperintah oleh Sri Rajasanegara.
Selingan, mungkin diantara berbagai pihak, sudah
pernah mencoba mencari tahu tentang dimana dan kapan Mahapatih Gajah Mada
wafat, dimana juga kuburannya? Banyak tempat yang mengaku-ngaku bahwa Mahapatih
Gajah Mada meninggal ditempat inilah, itulah, atau bahkan ada yang berfantasi
bahwa Mahapatih Gajah Mada telah moksa (hilang, tilam), tapi coba kalau
diperhatikan dengan seksama dari sejarah Jenghis Khan, ada satu kesamaan
diantara meraka yaitu kuburan meraka tidak pernah teridentifikasi oleh siapapun
sampai sekarang.
Akhir dan Kesimpulan
Inilah bagian kesimpulan yang ingin coba
disampaikan, bahwa apa yang dilakukan Mahapatih Gajah Mada dengan segala karya
besarnya dalam mempersatukan nusantara, diakui atau tidaknya bahwa para pendiri
bangsa dan negara Indonesia era masa lalu, telah mengklaim wilayah Indonesia
sekarang atas dasar daerah teritorial yang pernah ditaklukan oleh kerajaan
besar Majapahit, secara historis. Wilayah-wilayah nusantara tersebut memang
tidak berhasil diklaim seluruhnya, karena menurut data penaklukan yang dimiliki
dan telah dilakukan kerajaan Majapahit, wilayah teritorial itu jauh lebih luas
dari wilayah Indonesia sekarang.
Peta perkembangan wilayah kekuasaan yang diawali
peta kerajaan Tumapel (Singhosari awal) pada masa Sri Rajasa Sang Amurwabhumi,
kemudian peta wilayah kekuasaan kerajaan Tumapel (Singhasari akhir) pada masa
Sri Kertanegara, dan peta kekuasaan wilayah kerajaan Majapahit pada masa Sri
Rajasanegara (Hayam Wuruk), terlihat sebagai pola perkembangan yang terus
menerus, berkelanjutan, dan merupakan replika dari sebuah ide yang sama, ide
mepersatukan nusantara.
Inilah bukti bahwa dinasti Wangsa Rajasa, mulai
dari raja pertama sampai pada masa kekuasaan Majapahit sebagai penerusnya,
mempunyai grand design atau tujuan besar yang sama dalam mewujudkan
nusantara bersatu.
Mengapa pula dengan skala waktu yang tidak
terlalu lama nusantara bisa terbentuk? Jawabanya adalah sebagai mana tentang
penerapan tentang teori musuh bersama. Umpan balik dari nilai psikologis
inilah, berupa kesamaan kepahamaan bahwa ada calon musuh bersama didepan, yang
merupakan senjata ampuh dalam propaganda ide aliansi yang dimotori oleh
kerajaan Majapahit.
Oleh karena itu, tidak lagi harus bersusah-susah
melakukan perang. Ketika negara-negara dalam aliansi itu sudah terbentuk,
katakanlah dengan beberapa negara besar yang sudah bergabung, untuk
mengembangkannya akan lebih mudah ke arah pemekaran yang lebih luas.
Ide aliansi inilah yang merupakan cikal bakal
terbentuknya nusantara, dan ini ide sangatlah brilian utuk sebuah tujuan
hegemoni kekuasaan, terlebih didukung oleh situasi yang ada, yaitu ada musuh
bersama yang nyata didepan mata, yang siap datang kapan saja. Musuh bersama itu
tiada lain adalah pasukan besar imperium kekaisaran Mongol, imperium terkuat
dijagat raya pada masa itu.
Secara fakta pertahan, sebuah aliansi haruslah
ada negara pengontrolnya, pemimpin bagi yang lain dan kerajaan Majapahit dalam
hal ini yang cocok dan memenuhi syarat. Majapahit adalah termasuk negara
adidaya di nusantara selain, kerajaan Sunda pada masa itu. Karena kerajaan
Sriwijaya tidak lagi termasuk negara adidaya, dengan alasan keberadaannya sudah
melemah dan terjadi peralihan menjadi kerajaan Melayu oleh dinasti Wangsa Mauli
sebagai pendirinya, yang sebelumnya mengalami masa-masa penjajahan dari
kerajaan Chola, India.
Terakhir, bahwa ide pemersatuan nusantara lahir
karena tepat pada situasi global negara-negara di dunia atas hegomoni kekuasaan
dan invasi militer dari imperium besar kekaisaran Mongol pada waktu itu. Secara
hukum alam, suatu kekuatan besar harus dilawan dengan kekuatan seimbang, maka lahirlah
ide-ide pemersatu bangsa-bangsa dinegeri lain pada waktu itu, alhasil
terbentuklah nusantara yang dikenal sekarang sebagai lawan yang mempunyai
kekuatan seimbang untuk menghadapi pasukan besar kekaisaran Mongol.
Wilayah nusantara mempunyai keuntungan
tersendiri, karena merupakan wilayah kepulauan. Diperlukan perlengkapan maritim
untuk menaklukan nusantara, tentunya berbeda dengan wilayah Asia daratan
seperti halnya Cina dan Asia barat (timur tengah) yang merupakan daratan luas.
Daerah-daerah kepulauan nusantara mempunyai sistem pertahanan pantai, yang
pasti merepotkan negara mana pun yang ingin menginvasi nusantara, termasuk
pasukan besar Mongol akan mengalami kesulitan tersendiri dalam melakukannya,
mereka tidak terbiasa dengan sistem perang dilautan atau perang dengan
menerobos pola pertahanan pinggiran pantai.
Gajah Mada, sudah barang tentu
mengimplementasikan pengetahuan tentang cara-cara atau metode-metode dari
seorang manusia unggul, Sang Jenghis Khan, dalam menjalankan ide-ide
pemersatuan itu. Memahami apa yang dilakuan Gajah Mada sehingga ide ini
berhasil, tentunya harus terlebih dahulu menggali pengetahuan dari sumber model
yang diterapkan Gajah Mada, yaitu sejarah tentang bagai mana riwayat hidup
Jenghis Khan itu sendiri.
Catatan, wacana masyarakat tentang ide
pemersatuan nusantara berawal dari ikrar atau sumpah Gajah Mada yang terkenal
dengan sebutan "Sumpah Palapa", tentunya harus dikaji ulang. Sumpah
Palapa hanya disampaikan dari satu sumber yaitu kitab Pararaton, yang
keabsyahan tentang kitab itu masih diragukan.
Majapahit sebagai kerajaan besar, ketika
memutuskan invasi terhadap wilayah kerajaan lain, atau memutuskan untuk
menyatakan perang dengan pihak lain, haruslah merupakan keputusan bersama dari
semua perangkat kerajaan, mulai dari raja, para bangsawan dan mendapat dukungan
penuh dari masyarakat kerajaan.
Keputusan melakukan invasi atau perang ini tidak bisa hanya disandarkan pada keputusan atau atas dasar sumpah seseorang, yaitu Gajah Mada sebagai mahapatih kerajaan, terlalu besar resiko dan yang dipertaruhkannya. Walaupun pada akhirnya keputusan invasi atau perang itu diambil dan ditunjuk Mahapatih Gajah Mada menjadi pimpinan operasi militernya, itu tentu masalahnya lain yaitu mengenai sistem organisasi satu komando dalam aturan operasi militer. Mahapatih Gajah Mada dalam hal ini dirasa yang memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pimpinan dan pejabat pelaksaana operasi tersebut, terlebih mendapat kepercayaan penuh dari kalangan pejabat tinggi kerajaan pada waktu itu untuk menjalankanya.
Keputusan melakukan invasi atau perang ini tidak bisa hanya disandarkan pada keputusan atau atas dasar sumpah seseorang, yaitu Gajah Mada sebagai mahapatih kerajaan, terlalu besar resiko dan yang dipertaruhkannya. Walaupun pada akhirnya keputusan invasi atau perang itu diambil dan ditunjuk Mahapatih Gajah Mada menjadi pimpinan operasi militernya, itu tentu masalahnya lain yaitu mengenai sistem organisasi satu komando dalam aturan operasi militer. Mahapatih Gajah Mada dalam hal ini dirasa yang memenuhi syarat-syarat untuk menjadi pimpinan dan pejabat pelaksaana operasi tersebut, terlebih mendapat kepercayaan penuh dari kalangan pejabat tinggi kerajaan pada waktu itu untuk menjalankanya.
Salam Damai Negeriku, Salam Sejahtera
Nusantaraku
wassalam
penulis
Referensi :
1. wikipedia online
2. Genghis Khan, Sang Penakluk, Sam Djang
3. Genghis Khan, Badai Tengah Padang, Sam Djang
4. Gajah Mada Seri I,II,III,IV, Langit Kresna
Heriadi
sumber : http://menguaktabirsejarah.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar