Kamis, 07 Februari 2013

Pedang/Pisau Damascus




Saat Perang Salib, pasukan Eropa dikejutkan oleh pedang yg dimiliki oleh pasukan Arab dan Persia. Pedang mereka dengan mudah menembus baju zirah pasukan crusader, bahkan mampu membelah tameng.

Inilah Pedang Damaskus, terbuat dari baja yg diolah dengan teknik khusus sehingga bisa memiliki permukaan yg sangat kuat dan tajam.

Teknik pembuatan pedang ini begitu rahasia sehingga hanya beberapa keluarga pandai besi di Damascus saja yang menguasainya, ini juga sebabnya teknik pembuatan baja Damascus akhirnya punah.

Hingga kini teknologi metalurgi yg paling canggih pun belum mampu membuat pedang yg lebih tajam dari Pedang Damascus.

Pedang Damascus adalah pedang yg paling tajam di dunia, lebih tajam daripada Katana Jepang maupun Kris Indonesia.

Selain kuat, baja Damascus juga sangat lentur sehingga betul2 sempurna untuk dijadikan pedang atau pisau. Pedang ini mampu membelah sutera yg dijatuhkan ke atasnya, juga mampu membelah pedang lain atau batu tanpa mengalami kerusakan samasekali.

Gambar dibawah ini adalah peninggalan pedang, tombak dan Pisau Damascus yg tersisa kini tersebar di berbagai Museum di seluruh dunia.




Ciri Khas baja Damascus adalah Pattern/Pola Tanda Air Dipermukaannya, mirip dengan Keris Indonesia (Namun Tanda Air pada Baja Damascus bukan karena teknik lipatan logam sebagaimana Keris).


Baja damaskus adalah material legendaris dari baja yang mempunyai sifat superplastis (kemampuan untuk mengalami deformasi tetap tanpa retak hingga 1000%).
Dengan sifat yang unik ini maka baja Damaskus banyak digunakan sebagai material untuk membuat pedang dan senjata. Menurut mitos senjata yang dibuat menggunakan Baja Damaskus tidak akan pernah tumpul atau patah. Selain memiliki sifat superplastis baja Damaskus juga mempunyai ciri khas yaitu adanya pola air (watermarking) pada permukaannya.
Baja Damaskus dibuat pertama kali di India dan kemudian berkembang sampai Suriah. Nama Damaskus sendiri diberikan oleh bangsa Barat yang terlibat Perang Salib dan menjumpai senjata yang berbahan baja Damaskus di kota Damaskus, Suriah.

Teknik pembuatan Pedang Damascus termasuk salah satu pengetahuan Islam yg hilang. Ada beberapa cara memadukan jenis-jenis logam tersebut...

Yang paling umum adalah menempelkan keduanya jadi satu, dilipat, ditempa, dan dilipat lagi... begitu terus sampai tercipta jutaan lapisan tipis logam keras dan logam lunak. Cara ini di Indonesia disebut balik mipih. Lazim digunakan di Damaskus dan Toledo, dua tempat penghasil pedang terbaik di dunia.

Yang agak ruwet adalah dengan memanaskan bagian-bagian logam secara terpisah, sehingga dihasilkan kekerasan yang berbeda. Biasanya punggung pedang lebih lunak dari sisi tajamnya. Cara ini digunakan oleh empu pedang Jepang.


Cara yang masih belum diketahui adalah teknik Damaskus itu... permukaan logam lunak seperti ditaburi oleh jaringan logam keras ukuran nano, kalau dilihat di bawah mikroskop terlihat permukaan logam lunak diliputi oleh logam keras berbentuk jaringan sarang laba-laba.



Bisa dikatakan para ilmuwan muslim di timur tengah telah mencapai teknologi nano sejak seribu tahun yg lalu. Beberapa ahli metalurgi modern mengaku berhasil membuat baja yg sangat mirip dengan baja Damascus, namun tetap belum berhasil meniru 100%.

0 komentar:

Posting Komentar